Kisah Sopir Angkot Serba Salah Akibat Harga BBM: Tarif Naik, Penumpang Makin Sepi

Para sopir angkutan kota atau angkot terpaksa menaikkan tarif gara-gara kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi.

Padahal, penumpang angkutan umum itu semakin sepi.

Dedi Junaidi, seorang sopir angkot K03 trayek Kranji – Klender, Jakarta Timur, bercerita, selama 20 tahun dia menjadi sopir angkot, baru kali ini merasakan pusingnya menentukan tarif perjalanan penumpang.

Sebab, beban operasiobal lebih besar ketimbang pendapatan.

“Pendapatan jauh berkurang, malah kita nombok bensin,” kata dia ketika ditemui tengah menanti penumpang masuk di Jalan Bintara, Bekasi, Selasa, 6 September 2022.

Dedi mengatakan, sejak pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi, seperti Pertalite dan Solar, para sopir angkot langsung menaikkan tarif perjalanannya.

Untuk jarak dekat, dari yang biasa Rp 2.000 menjadi Rp 3.000 dan jarak sedang Rp 5.000 menjadi Rp 6.000.

“Abisnya kalau naikin Rp 2.000, enggak bakal bisa.

Ya dah segitu aja.

Ini aja angkot saya kosong, kan.

Padahal udah berapa menit ngetem,” ucap dia.

Kondisi ini membuat pendapatannya kian menurun.

Sebelum pandemi, pendapatan kotor para sopir angkot juga sebetulnya sudah sangat rendah, yaitu Rp 250 ribu per hari.

Angka itu belum termasuk biaya sewa kendaraan maupun bensin.

Namun setelah kenaikan harga BBM, pendapatan Dedi turun menjadi Rp 150 ribu karena jumlah penumpang berkurang.

“Belum bayar setoran, bensin.

Bayar setoran aja Rp 50 ribu, bensin bisa Rp 90 ribu.

Sisanya Rp 15-20 ribu, itu setengah hari,” katanya.

Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *