Jennifer Lawrence mengungkap kisahnya tentang kegugurannya beberapa tahun lalu.
Dalam cerita sampul majalah Vogue edisi Oktober, aktris berusia 32 tahun itu menceritakan bagaimana dia hampir menjalani prosedur aborsi di awal usia 20-an dan merefleksikan keputusan Mahkamah Agung untuk membatalkan Roe v.
Wade, sebuah keputusan yang menghapuskan hak konstitusional untuk aborsi.
Bintang The Hunger Games itu mengatakan bahwa dia saat itu mengalami keguguran pertamanya sebelum melakukan aborsi.
Dia juga mengungkapkan bahwa dia mengalami keguguran kedua saat syuting Don’t Look Up.
Saat itu dia baru memulai keluarga dengan suaminya, Cooke Maroney.
Lawrence, yang sekarang menjadi ibu dari seorang anak laki-laki berusia tujuh bulan, mengatakan pembatalan Roe v.
Wade membuatnya sangat marah ketika dia memikirkan semua orang, terutatama generasi muda yang pilihannya sekarang terbatas.
“Saya ingat sejuta kali memikirkannya saat saya hamil.
Memikirkan hal-hal yang terjadi pada tubuh saya.
Dan saya memiliki kehamilan yang hebat.
Saya memiliki kehamilan yang sangat beruntung,” katanya kepada media tersebut.
“Tetapi setiap detik dalam hidup saya berbeda.
Dan itu kadang-kadang terpikir oleh saya: Bagaimana jika saya terpaksa melakukan ini?” Pemenang Academy Award itu dibesarkan di Kentucky dalam rumah tangga konservatif.
Dia mengatakan dia dan keluarga besarnya pun memiliki sikap politik yang berbeda mengenai hak-hal perempuan.
“Saya tidak bisa—dengan orang yang tidak berpolitik lagi.
Kamu tinggal di Amerika Serikat.
Kamu harus berpolitik.
Ini terlalu mengerikan.
Politik membunuh orang,” kata Lawrence.
“Saya tidak ingin meremehkan keluarga saya, tetapi saya tahu bahwa banyak orang berada dalam posisi yang sama dengan keluarga mereka,” tambahnya.
“Bagaimana kamu bisa membesarkan anak perempuan sejak lahir dan percaya bahwa dia tidak pantas mendapatkan kesetaraan? Bagaimana?” Jennifer Lawrence cukup vokal tentang sikap dan dukungannya untuk hak aborsi.
Tahun lalu, dia menghadiri Rally for Abortion Justice di Washington, D.C., memegang papan bertuliskan, “Wanita tidak bisa bebas jika mereka tidak mengendalikan tubuh mereka.” PEOPLE | VOGUE